السلام عليكم و رحمة اللة وبركاتة

Cari di Ayyadelfath

Posting Terbaru

Showing posts with label Celoteh Fikir 'ku. Show all posts
Showing posts with label Celoteh Fikir 'ku. Show all posts

23 October 2011

Heran...

Sungguh, kami semakin heran melihat manusia-manusia yang begitu mudah sekali heran dengan dirinya sendiri. Kalau tidak boleh dibilang sombong, riya, ujub atau sekedar nak menunjuk bukti –setelah itu keranjingan atau menjadi kebiasaan tidak baik, bolehlah kami sebut
mereka itu orang-orang yang lupa daratan? alias terlalu ringan bin tidak berbobot… Bagaimana mungkin mereka memiliki bobot, sedangkan hakikatnya –sadar atau tidak- mereka tidak berpijak di bumi…:) sungguh benar petuah orang tua kita dahulu, “jangan sekali-kali engkau lupa daratan!”



Mungkin sekali mereka terlupa (khilaf*) bahwa sombong itu ialah menyembunyikan kebenaran. Bahkan mereka bukan hanya menyembunyikan kebenaran, lebih dari itu mereka merampok tanpa sedikitpun menyadarinya –kalau tidak boleh kami menyebutnya dengan tanpa sedikitpun rasa malu, mereka mengambil hak Allah. Bahwa kabair –sombong- adalah selendang Allah Ta’ala. Salah satu kebenaran itu ialah…apa jua yang dibanggakan itu berasal dari Allah dan semata milik Allah, bukan milik kamu -makhluk!

Apa yang nak engkau banggakan!? Ingatlahlah sahabatku, pada taraf tertentu, sombong itu susah dikesan…sesekali ia berkelebat –bukan dihati tapi di akal yang terasuki bisikan halus sang maestro iri dan dengki –siBliz. Sesungguhnya yang berkelebat itu adalah ujub –cikal bakal sombong yang telanjang. Sekiranya ujub itu berbisik pada dirimu sendiri, sementara sombong yang telanjang itu mengatakan kepada orang lain bahwa kalau bukan karena ‘aku’ atau pujilah aku. Bahkan bahasa tubuhmu terkadang cukup untuk ‘membahasakannya,’ sekalipun engkau tidak mengutarakannya atau engkau tidak mengakuinya.

Cobalah hening sejenak saudaraku, pejamkan mata dengan lembut, tarik nafas dengan pelan lembut dan panjang dan biarkan fikiranmu menggambar sebuah lukisan…tentang dirimu, dan…. Bayangkan ketika kamu dengan jabatan yang ‘ehem’ seketika turun dari mobil yang ‘aduhai’ dengan baju kebesaran berjalan ‘pantas’ dihadapan orang-orang yang kamu sebut bawahan atau rakyat kebanyakan. Dalam senyum lebar, nikmatilah gambaran ‘kebesaran’ itu…kamu mendengar pura-puri pujian dari penonton yang semuanya bergunjing tentang apa yang kamu kehendaki mereka gunjingkan…kebesaran (prestasi, jabatan, kekayaan, anak dan istri, ringkasnya segala perhiasan dunia ini ada di genggaman tangganmu), keren coy! Perhatikan langkah kaki-mu…. Daku khawatir kamu tersandung…dan jatuh. Ya, itu saja dan bandingkan dengan derap langkahmu ketika kebelet mau ke WC…adakah sama…? pasti beda, derap langkah yang ke dua daku jamin sangat-sangat natural –daku menyebutnya salah-satu bentuk kejujuran yang telanjang. So, jangan heran dengan dirimu sendiri, sob!

Pelalawan,
Zulqaidah 26, 1432H



_______________
(*)"...Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 33 : 5)

Baca Selengkapnya......

12 September 2011

antara Maut dan Lahir (#2)

“Tidak ada yang perlu diganti, karena tidak ada yang hilang. Maut bukan berarti terputusnya hubungan, bukan sebuah kehilangan, bukan pulak perpisahan selamanya yang tidak akan ada pertemuan setelah kematian itu.” Begitu jawabku untuk yang kesekian kalinya, ketika bertemu sahabat atau kerabat –dan- mereka bertanya, sudah melahirkah istri? Atau sekedar turut berduka dengan pulangnya kerahmat Ilahi putra kami –biasanya dengan ucapan penutup, mereka berdo’a semoga atau nanti Allah pasti mengganti dengan yang lebih baik. Bukankah Rasulullah saw. pernah berwasiat, bahwa engkau akan besama orang yang engkau kasihi/cintai di akhirat nanti. Penyair bilang bahwa tanda kasih/cinta adalah sering menyebut-nyebut –nama- nya. Maka perbanyaklah bershalawat kepada Nabi saw. mudah-mudahan dengan kemurahan Allah Ta’ala, akan tumbuh rasa cinta kepada Rasulullah saw. di hati kita. Amin ya Allah.

Alhamdulillah, menyambut Ramdhan 1432H kemarin, Allah berkenan menambah seorang lagi putri yang cantik kepada kami. Dan Alhamdulillah, Allah berkenan memudahkan kami berkumpul menyambut dan merayakan Idul Fitri tahun ini bersama-sama, walau tidak puas rasa di hati hitungan satu minggu bersama keluarga. But it’s only a matter of times…that’s fine. Thank you Allah.

Ya, Ami(*) percaya bahwa kematian hanya bagian dari proses menuju kehidupan yang sempurna dan kekal. Kematian semakin mempertegas proses kejadian, bahwa sebelumnya kita tidak ada di alam dunia, lalu menjadi ada dengan dilahirkan hidup, setelah itu kita tidak ada dengan dimatikan, dan terakhir menjadi ada kembali hidup dengan dibangkitkan dari perut bumi (alam kubur) untuk pengadilan akhir. Kematian adalah keniscayaan di dunia ini sebagai bukti Mahaadil dan Mahakasih Mahasayang Allah Ta’ala. Menuju bukti bahwa pengadilan Allah itu ada.

Kematian menjadi gerbang menuju alam yang lebih sempurna dari alam kita –dunia adalah ladang ujian dan sementara. Dalam bahasa Quran alKarim, kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau belaka. Pada lafaz yang lain disebutkan juga, dunia ini perhiasan yang menipu atau melalaikan- Kalau tidak ada kematian, bagaimana mungkin keyakinan kita akan hari Akhir –sebagai salah satu rukun iman- bisa mendapatkan nilai?! Sederhananya, bahwa kematian merupakan salah satu alat ukur (ujian) bagi yang ditinggal untuk mendapatkan nilai dipandangan Allah Ta’ala. Agar semakin jelas siapakah yang lebih baik amal perbuatanya. Mudah-mudahan kita selalu berada dalam kebenaran.

Bagaimana mungkin sekiranya masih ada manusia berakal budi yang mengingkari kehidupan setelah mati, sementara sebelumnya dia hanya sebentuk air yang hina yang bercampur! Tidak kah dia berfikir kejadian dari tidak ada (tidak berbentuknya) dia lantas menjadi manusia, terlahir dari rahim ibunya? dan siapa dia –manusia inkar sekiranya Penciptanya akan menghidupkan dia kembali untuk sebuah pertanggung jawaban, adakah dia –manusia inkar itu kuasa menolak untuk dihidupkan kembali? Maka tunggulah pertemuan setelah kematian itu!

Jadi, tiada yang hilang saudaraku, sehingga tidak perlu ada yang diganti. Indikasi kehidupan setelah mati ini dipertegas oleh khabar Quran alKarim, “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (2:154)” Alam dunia ini tidak memungkinkan –kalau tidak boleh saya berpendapat dan mengatakan tidak pantas untuk kita mengetahui apalagi memasuki alam setelah mati. Karena alam setelah mati lebih tinggi tingkatannya dari dunia fana ini. Kecuali kita telah melewati gerbang kematian maka barulah kita mampu mengetahui keadaan sebenarnya. “Maka bersabarlah untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau ikuti orang-orang yang berdosa dan orang-orang kafir di antara mereka. (76:24)”

Sungguh tiadalah Allah ciptakan setiap kejadian dan peristiwa dengan sia-sia melaikan ada ilmu dan hikmah darinya. Mudah-mudahan kemurahan Allah Ta’ala berkenan memudahkan kita mengambil pelajaran dari setiap peristiwa dalam hidup ini. Bukankah langit, bumi dan apapun yang ada diantara keduanya, dengan segala peristiwa di alam dunia fana ini adalah manifestasi keberadaan Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya. Semoga kita menjadi orang-orang yang bisa mengambil pelajaran dan tergolong orang-orang yang beruntung. (antara Maut dan Lahir #1)

13 Syawal 1432
________
(*)Note: Ami (bahasa ade Ayyad menyebut dirinya, yang sebenarnya beliau katakan Kami. Karena ade Ayyad blm genap 3 thn. Jadinya tedengar Ami…:)).

Baca Selengkapnya......

10 September 2011

antara Maut dan Lahir

Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh…begitu jawabku dalam hati membaca sms yang masuk. Sedikit terkejut, dalam kantuk ku lihat jam di hp-ku. Pukul 1 lewat dikit. Belum lekang kantuk-ku, dalam langkah membawa tubuh yang malas ini –menuju wudhu aku berhenti sejenak melihat ke dinding..., masyaAllah! Aku sepertinya sudah tidak memperdulikan waktu, yang dalam ukuran manusia diwujudkan dalam bentuk detik-detik jarum jam dan dalam bentuk angka-angka almanak hitungan hari, minggu, bulan dan tahun. Padahal aku didalamnya –hidup bersama sang waktu- dan ternyata hari ini sudah tanggal 10 September/ 10 Syawal… Terimakasih istriku, atas ucapan selamat ulang tahun yang tertulis di sms itu pukul 00:11.

Setelah dapat dua rakaat, tergerak pula hati ini nak menulis sedikit. Ya, sudah begitu lama rasanya… Tapi seberapa lama sesungguhnya, sekiranya kita ingat kembali berita Quran alKarim tentang orang-orang yang ketika dibangkitkan dari kuburnya mereka menjawab pertanyaan sudah berapa lama kamu di dalam kubur? Jawab mereka, “seperti baru semalam…..” subhanallah, singkat sekali umur dunia ini. Kita tahu, kabar lain dalam Quran alKarim tentang perbandingan 1 hari di dunia laksana 1000 tahun di akhirat dalam hitungan kita manusia. Dan dalam bahasa Rasulullah saw. umur dunia ini ibarat sepeninggalan kafilah, setelah kafilah tersusulkan oleh kita maka sebegitulah umur dunia ini. Atau jarak antara kiamat dengan hari ini adalah seolah seperti jarak ibu jari dan jari telunjuk yang di rapatkan…Wallahu’alam.

Ada hikmah, kenapa sebagian kita dibiasakan –kalau tidak boleh kita sebut tradisi, sesuatu yang disengaja menjadi kebiasaan untuk selalu mengingat mati- dengan adanya ‘meniga hari’, 40 hari, 100 hari, setahun dan seterusnya. Tak lain karena mengingat mati adalah obat mujarab untuk melembutkan hati yang keras, mengingatkan hati dan pandangan mata yang dewasa ini timbangannya selalu condong ke-duniawi-an…dan semakin jauh dari tujuan terbaik seperti kata Quran alKarim, bahwa akhirat itu lebih baik dan kekal sekiranya kamu mengetahui. Jadi, mari kita kembalikan hikmah azali dari tradisi pendahulu kita dalam mengadakan peringatan tentang wafatnya guru-guru kita, keluarga atau kerabat -dengan bacaan ayat-ayat suci Quran, tahlil dan tahmid sebagai cambuk untuk selalu mengingatkan kita bahwa ingatlah dari mana kamu datang dan kemana kamu akan kembali. Maka berlaku ihsanlah kita sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita semua.

Sementara mengingatkan kelahiran, hakikatnya semakin mendekatkan kita kepada liang kubur. Bukan sebaliknya, perayaan kegembiraan dengan meniup lilin, memotong cake, bertepuk tangan dan bernyanyi gembira bersama –menurut hemat kami- adalah tradisi kaum yang diberi tangguh agar semakin bertambah kedurhakaannya. Karena itu, takutlah kita sekiranya tergolong kaum atau golongan orang-orang yang dibiarkan ‘dalam kelapangan’ sementara kita –merasa- meyakini mendapatkan rahmat dan berkah dari kebaikan-kebaikan yang menurut kita ‘diterima’. Na’uzubillah summa na’uzubillah.

Anyway, thank you my wife for the wishes. Belum lekang dari ingatan Ayah di pagi raya 1 Syawal 1431H/10 September 2010M. tahun lepas, bersama ade Ayyad di shaft paling depan, air mata menitik deras tak terbendung mendengar takbir bergetar dari khatib shalat raya tika itu. Ayah peluk dengan erat adek Ayyad berulang kali –sangat dalam dekapan itu. Dan ternyata, itulah raya terakhir bersama adek Ayyad, suatu pagi yang cerah dan penuh syahdu, hari dimana seolah semuanya tengah mengucapkan selamat ulang tahun. Tak kuasa nak menulis lagi, insyaAllah esok kita sambung goresan ini…

Baca Selengkapnya......

23 January 2010

Keep fighting!

Sudah tengah malam dan mata tak kunjung mengatakan, “hey, ini waktunya tidur bung!” Badan ini masih merasa kuat untuk terus melanjutkan tugas, menemani akal fakir yang tak kunjung berhenti bekerja hinggalah detik ini. Hari yang cukup melelahkan… sungguh!

Entah mengapa tiba-tiba jari-jemari ini ingin kembali menari di atas keyboard computer yang sedari tadi sudah menemaniku menjelajahi dunia maya entah kemana. Terasa begitu lama, blog-ku sepi sejak Agustus tahun lalu. Malam ini (tepatnya pagi ini pukul 1 dini hari) aku ingin menulis...!(lebih tepatnya typing!).

Harus ku akui, hari ini cukup berat untuk dilewati. Tapi aku senang. Ya, karena telah lama aku tidak mampu merasakan perhatianNya yang begitu kasih-sayang dan terus-menerus itu. Sangat luar biasa! Kucoba mengambil hikmah…!

Kumulai dari tengah hari. Seorang Bapak dengan wajah sedih bercerita tentang anaknya yang semua perempuan. “Aku merindukan anak lelaki. Sedang istriku sudah tidak mungkin hamil lagi…” Aku berusaha menghiburnya dengan sebuah kisah rahasia. Kalau hari ini sebuah doa dikabulkan, ialah kamu mendapatkan mobil yang kamu impikan selama ini setelah sekian lama kamu berdo’a memomohon kemurahan rezki dariNya. Lantas istrimu mati ditabrak oleh mobil idamanmu. Ingat, ini adalah sebuah rahasia. Sekiranya rahasia itu disampaikan, dan peristiwa itu belum terjadi, mana yang akan kamu pilih? Terus melanjutkan do’a untuk mobil idaman atau berhenti berdoa?
Jangan pernah berhenti berdoa, namun jangan pernah memaksa untuk sebuah jawaban rahasia. Dan jangan pernah katakan Dia tidak adil!

Sore tadi adalah deadline untuk sebuah deal beberapa minggu yang lalu. Sangat penting bagiku. Detik demi detik terus berjalan dan perjuangan tanpa henti terus diupayakan dengan sungguh-sungguh. Sampai akhirnya detik terakhir telah berlalu, dan aku menyadari bahwa aku masih jauh dari mencapai garis finish. Akal fikirku berontak untuk mengatakan, stop! Lantas aku teruskan perjuangan tanpa harus dipusingkan oleh hasil akhir yang tidak pernah ku tahu persis akan seperti apa nantinya. Tiga masalah dengan deadline yang sama persis menungguku di garis finish. Walau detik ini aku belum mencapainya, namun terlihat jelas wajah-wajah masalah yang akan kupecahkan tak jauh dari tempat aku berdiri saat ini. Kalau tadi aku berhenti, sudah pasti wajah-wajah itu sangat jauh dari gambaran akal fikirku.
Setelah kesulitan pasti ada kemudahan! Jangan terpaku diam menunggu kabut berlalu dari hadapan. Jadilah kita bergerak melewati kabut dan tertawalah…hahahaha!!! (yang sebenarnya, ucapkanlah Alhamdulillah )

HP-ku berdering dan aku terkejut. Ya, aku terkejut tapi bukan karena HP-ku berdering tadi pagi (kemarin pagi lebih tepatnya). Aku terkejut oleh berita yang disampaikan. Ssssttt….ini berita sangat penting. Oleh sebab itu, aku tidak akan ceritakan di sini. Hehe…semoga Allah berkenan mengabulkannya. Amin ya Allah!

Sudah hampir memasuki zona subuh nih… Cepat..cepat…cepaaaat! Tulisan ini harus segera diakhiri dan kita butuh istirahat walau sekedar satu jam saja. Tuan-tuan sekalian, sampai sudah kita dihujung goresan (sekali lagi…typing!). Sekedar mengingatkan buat kita semua, bacalah do’a ini kapan saja kita merasa bingung dan sedih. Sebagaimana dahulu Rasulullah SAW. menyampaikannya kepada seorang sahabat Abu Umamah yang duduk menyendiri di serambi mesjid karena bingung dan sedih.

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.” (HR. Abu Dawud)

Semoga bermanfaat.
Shafar 7, 1431H


Baca Selengkapnya......

04 May 2009

syahwat

Iblis laknat sekalian alam diusir dari surga karena membangkang pada perintah Allah Ta’ala dan Nabi Adam a.s sempat mengecap nikmatnya surga sebelum juga terusir dari surga karena melanggar larangan Allah Ta’ala.

Ketika Nabi Adam a.s mendekat dan lantas menikmati buah dari sebuah pohon yang Allah larang Nabi Adam a.s beserta istrinya untuk mendekatinya, serta merta aurat mereka terbuka dan mereka malu dengan berusaha menutupinya dengan dedaunan surga. Hanya karena mereka termakan oleh bujuk rayu Iblis laknat sekalian alam, sebagaimana Iblis telah bersumpah dan minta tangguh sampai akhir zaman untuk dapat menyesatkan anak cucu Adam a.s.

Ingatlah bahwa Allah Ta’ala melarang Adam a.s. beserta istrinya mendekati sebuah pohon. Bukan perintah langsung agar tidak memakan buahnya. Sekiranya Allah perintahkan jangan memakan buah dari pohon tersebut maka semakin enteng (remeh) atau tiada rasa takut bagi manusia untuk melakukan atau sekedar bermain-main di lingkaran sekitar pohon tersebut. Di sini boleh kami maknai bahwa menolak (menjauh dari) mudharat lebih utama dari mengambil manfaat. Karena Allah Ta’ala lebih tahu fitrah manusia dari manusia itu sendiri dan janganlah sombong kamu sekalian dengan akalmu. Karena akal adalah tempat iblis laknat sekalian alam bisa meracunimu serta menjauhkanmu dari hati nurani.

Akal akan berkata, sebagaimana Iblis berkata bahwa berzina itu haram tetapi sekedar berdua-an apa lagi untuk tujuan yang mendatangkan beragam manfaat adalah perkara yang mubazir karena meninggalkan manfaat. Atau ia akan berkata tentang pentingnya mengenal calon pasangan. Atau sekedar berjalan-jalan berdua di tempat keramaian adalah boleh. Bahkan sampai menggunakan dalil tentang hubungan lain mahrom yang taraf dalilnya masih abu-abu. Sebab hampir tidak ditemukan –kalau bukan tidak ada ulama besar yang pernah menggunakan dalil tersebut.

Sekiranya boleh bertamsil kepada ujian yang ditimpakan kepada Nabi Allah Adam a.s seperti tersebut di atas, maka siapakah anda sekiranya berani berdalil tentang hubungan lain mahrom yang mendekatkan kepada perbuatan zina? Cukuplah Allah firmankan, “Jangan kamu dekati zina!”

Tanyakan hati nurani mu karena ia akan berkata jujur. Sekali kamu libatkan akalmu tentang perbuatan yang cendrung menentang kepada larangan Allah maka disitulah sesungguhnya Iblis telah ber-tipu muslihat dan perbuatan itupun menjadi benar. Karena benar menurut akal belum tentu benar menurut nurani. Tetapi benar menurut nurani sudah pasti benar menurut akal. Tidak percaya? Maka tunggulah kesudahannya setelah perbuatan itu kamu kerjakan. Padahal nuranimu mengatakan jangan, tinggalkan atau perbuatan itu salah...

Begitu pula tentang perbuatan baik. Sekali terdetik nurani ingin berlaku baik, maka kerjakanlah serta merta. Jangan biarkan akal meracuni niatmu. Sebab kamu mungkin tidak jadi melakukan perbuatan baik itu... wallahua'alam!


Baca Selengkapnya......

17 February 2009

Mati

Siapa engkau setelah kematian menjemputmu? Apa arti segala yang kau banggakan semasa hidup mu setelah tubuh kaku itu ditanam ke dalam tanah? sudahkah kau dapatkan yang kau cari selama hidup di muka bumi? Setelah dengan susah payah -sama ada dengan cara yang baik atau salah- kau gapai segala yang kau inginkan semasa hidup, adakah terfikir olehmu bahwa semuanya itu akan kau bawa ke dalam tanah bersama tubuh kaku dan terbujur itu?

Jangan khawatir kau akan bawa itu semua. Karena kau telah bersungguh-sungguh menginginkannya semasa hidupmu maka kau akan bawa semuanya pulang ke kampung asal-mu -alam kubur!
Kau tak usah pusing memikirkan jasa pengiriman atau forwarder yang akan mengangkut dan membawa serta segala yang kau punya semasa hidup, sebab sudah ada yang mengurusnya! Gratis alias tanpa dikenakan biaya se-persen-pun! Hal itu sangat mudah dan bahkan untuk memindahkan rumah megah-mu, mobil mewah-mu, serta baju-baju mahal yang membuatmu gagah dan terhormat ketika mengenakannya semasa hidup, bukanlah perkara susah bagi yang mengurus pengiriman tersebut...hehe... percayalah!!

Tapi jangan kau fikir keadaan dikampung barumu atau perjalanan menuju ke sana akan sama persis seperti masa hidupmu di muka bumi. Sebab kau belum pernah ke sana sejak kau taklif terhadap hukum Allah Ta'ala semasa hidup di dunia. Tak juga kita semua pernah ke sana... Jadi jangan pernah berfikir engkau bisa tinggal di rumah yang sama seperti yang kau punya semasa di dunia...zahir-nya mereka meninggalkan engkau, tapi hakikatnya mereka ikut bersama engkau. ya, segalanya akan ikut bersama-mu sebagai barang bukti di pengadilan alHaq kelak.

Ingatlah bahwa kampung halaman yang sebenarnya belum lagi sampai, sementara kau kena menunggu dalam masa transisi, dimana kau akan dihisab di alam barzah. Sampailah hari berbangkit kelak. Dan mesti kau ingat bahwa yaumul hisab dengan kiamat besar itu tidak ada yang pasti tahu kapan akan tiba. Bahkan Nabi saw. tidak pernah mengkhabarkan kepada ummatnya tentang kapan kiamat besar itu akan terjadi. Beliau saw. hanya berwasiat dengan mengingatkan kita tentang apa yang sudah kita persiapkan untuk menjemput hari akhir itu. Begitu juga dengan perbedaan waktu yang menurut Quran surah asSajadah perbandingan waktu di dunia 1 hari berbanding 1000 hari di akhirat...

Bayangkan berapa lama harus menunggu di alam kubur bersama segunung harta benda yang nanti harus dipertanggung jawabkan. Begitu pulak berpanas di padang mahsyar dengan beban di pundak yang berjibun. itu belum termasuk amal buruk yang pasti lebih berat memikulnya. Makanya kalau nak cepat hisab dan ringan pulak, maka tak usahlah banyak sangat mengais harta di bumi ini. cukup untuk bisa beribadah dengan tenang, menafkahi keluarga, membantu fakir miskin, menyantuni anak yatim dan fisabillah, sudahlah lah tu... Dan tak usahlah curang, berkhianat, berdusta, mengambil hak orang, berhasut, atau berghibah. sebab perbuatan itu tidak mendatangkan sedikitpun kebaikan kecuali tipu daya dan mendatangkan penyakit di hati. wallahua'lam!


Baca Selengkapnya......

30 November 2008

Hamba yang sombong

Sekiranya bukan karena kasih sayang Allah Ta’ala niscaya tiada satupun dari manusia yang tidak berdosa.

Nabiyullah Muhammad s.a.w. adalah seorang hamba Allah dan Rasul Allah. Baginda s.a.w. makan dan berpuasa, berjaga dan tidur, bekerja dan beristirahat, berdo’a dan berharap ampunan Allah, terluka dan berobat. Nabi s.a.w. juga menikah dan bermuamalah dengan masyarakat, samada dengan muslim atau ummat lainnya. Rasul s.a.w. tidak mengharamkan segala yang telah ditetapkan halal oleh Allah Ta’ala.

Makhluk Allah yang mulia dan telah disucikan Allah, Muhammad s.a.w. tidak menolak juadah yang lezat sekiranya rezki itu ada dihidangkan, namun beliau selalu berpuasa dari pada mengharapkan sesuatu untuk dimakan ketika makanan atau rezki itu tidak ada di rumahnya. Beliau juga menangis, bersedih dan tertawa kecil. Beliau juga pernah marah dan lalu beristighfar untuk memberikan tauladan bagi kita.

Seorang sahabat karib pernah ditanya sebelum dipersilahkan masuk ketika menemui seorang yang dia sebut imam. “Siapakah ini?” begitulah pertanyaan yang diajukan setelah salamnya dijawab.
Sahabat ini terpaksa pulang dan kembali beberapakali kepada si imam dan butuh beberapa minggu sampai ia menemukan jawabannya. “Saya adalah hamba Allah” begitu jawaban sebenarnya dan ia dipersilahkan masuk...

Saudaraku, sungguh kita ini tidak ada yang suci. Bahkan dalam konteks fisik, kita ini sesungguhnya adalah seonggok bangkai yang hidup, yang membawa kotoran di perut, di telinga, di mata, di mulut dan dari kotoran keringat. Manakala dalam konteks psikis, kita ini dipenuhi oleh syahwat perut, syahwat mata, syahwat telinga, syahwat kemaluan, syahwat condong kepada segala keinginan akan kenikmatan dunia, syahwat berhasut dan mendengki.

Allah alKhalik telah menetapkan bahwa kita tidak akan diciptakan melainkan untuk diuji. Hidup di dunia adalah ladang ujian. Sungguh tipu daya Allah alHakim adalah lebih halus daripada suara kaki semut hitam yang berjalan di malam kelam di atas batu yang hitam. Karena itu berhati-hatilah dalam menilai amal perbuatan kita, karena kebaikan dan kemuliaan di dunia yang kita peroleh adalah belum tentu ianya sebuah kenikmatan dan keberkahan dariNya. Dan kesempitan serta kesedihan hidup belum tentu ianya hukuman atau kemurkaan dariNya.

Kita akan mati dan segala kenikmatan akan ditinggal. Harta, pangkat, kedudukan, dan segala yang kita raih dengan susah payah serta merasa memilikinya ketika hidup akan ditinggal tak tersisa. Hanya sehelai kain membungkus diri yang ikut ke dalam kubur. Beruntunglah orang-orang yang mendapat petunjuk sama ada mereka kaya atau miskin, terpandang atau luput dari pandangan. Mereka yang memberi makan orang-orang yang kelaparan, menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Mereka saling menasehati dan berkasih sayang, beristighfar ketika terlupa dan melakukan kesalahan.

Seorang hamba tidak patut merasa sombong, walaupun sekedar merasa di hati, karena itu adalah ujub. Sesungguhnya sombong adalah selendang Allah ‘Azza waJalla semata. Bersombong diri berarti mengambil hak Yang Maha Perkasa. Tiada yang boleh dibanggakan oleh seorang hamba. Hakikatnya ia adalah pelayan kepada alHaq.

...Dan sungguh, bahkan kepada Iblis laknat sekalian alam-pun kita tidak boleh bersombong diri... karena itu adalah buah karya Iblis dan ia akan bersuka cita mendapati seorang hamba yang merasa kuat terhadapat tipu daya Iblis laknat sekalian alam. Wallahu’alam...


Seorang tua yang rajin ke mesjid pernah menasehati, janganlah engkau bakar amal shalehmu dengan berghibah dan berhasut, walaupun sekedar fikiran di hati dan ketika itu engkau seorang diri di atas tempat tidurmu dan berucap dibelakang bibir, “rasakan olehmu wahai Fulan azab Tuhan, sesungguhnya hari ini engkau telah menerima hukuman akibat kesombonganmu!”

Sungguh kasih sayang Allah meliputi murkaNya. Setiap kita pasti memiliki rahasia dan Allah adalah sebaik-baik penyimpan rahasia. Manusia itu sendiri yang membiarkan dirinya dihina dan menerima hinaan. Bukankah Allah Maha pengampun dan menerima taubat orang-orang yang mau bertaubat? Ia menjawab setiap panggilan dari hambaNya ketika dipanggil. Ya Allah, sungguh kami ini hina dihadapanMu. Tiada apa yang dapat kami banggakan kecuali Engkau berkenan mengampuni dosa-dosa kami dan menerima amal ibadah kami yang sedikit. Sungguh kami percaya bahwa kami banyak melakukan maksiat, maka ampunilah kami. Ya Allah janganlah Engkau hinakan kami di dunia dan di akhirat kelak, sesungguhnya kami ini lemah dan bodoh dihadapanMu, maka kuatkanlah kami dengan kefahamam, hafalan, dan fikiran. Tambahkanlah ilmu dan hikmah kepada kami. Dan jadikanlah taqwa sebagai perhiasan kami. Perkenankanlah ya Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.



Baca Selengkapnya......

23 November 2008

Antara Berhala, Sumpah dan Jahiliyah


Berhala

Apa yang kalian sembah sepeninggalan ku nanti wahai anak-anak-ku? Lukman alhakim a.s.

Secara umum dan sadar hampir semua kita akan menjawab akan menyembah Allah Ta’ala! Kesadaran ini semata timbul karena kita bershalat, berpuasa, berzakat dan menjauhi segala yang dilarang oleh sang pencipta –Allah Subhanahu wa Ta’ala! Secara khusus dan tanpa sadar, pernahkah kita berusaha berfikir dan memahami kesungguhan dan kebenaran jawaban kita tentang siapakah sesungguhnya yang kita sembah?

Perhatikan hari-hari yang kita lewatkan sejauh ini, adakah bukti peng-hamba-an kepadaNya telah kita tunaikan? Sejatinya shalat, ibadah, hidup dan mati semata karena Allah. Bukankah ini berarti apa jua amal perbuatan kita hendaknya diniatkan, difikirkan, dan diamalkan hanya karena Allah dan semata meng-hamba kepada-Nya.

...Padahal ada banyak kebaikan dan pahala yang kita lewatkan dari meluangkan waktu bersama mereka...

Lalu apa artinya kesibukan kita dengan pekerjaan, sama ada pekerja profesioanal, buruh atau menjalankan perniagaan? Tidak jarang kita begitu asyik disibukkan oleh pekerjaan sehingga waktu dan fikiran tercurah hanya untuk pekerjaan. Tak usahkan untuk shalat tepat waktu, untuk keluargapun tak jarang tiada waktu tersisa untuk bersama anak dan istri. Yang lebih menyedihkan lagi kesibukan itu semata disebabkan keinginan mendapatkan kelebihan materi dan kedudukan... Bukankah ini berhala dalam diri kita yang tersembunyi dalam wujud mengejar materi dan kedudukan semata?



Lihatlah sebagian dari manusia ada yang berlaku lebih parah lagi. Bahkan lebih rendah dari sifat haiwan. Ada haiwan yang memakan segala tanpa batas dan pilihan –semisal al-khinzir! Sementara pada sebagian manusia tidak menyadari telah meniru kebiasaan buruk haiwan ini dalam perilakunya mengambil atau memakan harta yang bukan miliknya, atau mencuri, atau korupsi atau menipu, atau sekedar berlebih-lebih dalam mengejar dan menumpuk-numpuk harta. Mereka seolah tiada pernah merasa cukup dan tidak berpantang sedikitpun dalam hal boleh atau tidak, pantas atau tidak, terhormat atau hina. Nyatanya mereka adalah orang-orang yang kikir, tidak pernak cukup dan lagi tidak memiliki rasa malu. Sesungguhnya apa yang mereka kejar dan kumpulkan tak lebih dari berhala yang terwujud dalam pandangan dan gaya hidup mereka.



Dahulu kala, kata sumpah merupakan kata sakral dan tidak sembarangan bisa disebutkan...
Sumpah
Karena akibat serta beban dari sumpah sangat berat dan berakibat fatal. Literatur dan situs budaya kita telah banyak bercerita dan membuktikan perihal sumpah ini. Sekali terucap ia tidak bisa dicabut lagi, ia harus ditunaikan, ia akan seketika menjadi nyata. Tetapi hari ini kata sumpah bukan lagi kata yang menakutkan untuk diucap. Akibat dari sumpah itupun telah luntur alias tidak lagi banyak berimplikasi langsung di dalam kehidupan kita.

Hari ini kata sumpah bahkan sudah menjadi olok-olok. Kata sumpah sudah menjadi bahasa pasar yang tidak lagi berat untuk diucapkan. Bahkan orang tua yang menyumpahi anaknya yang durhaka sekalipun hampir tak pernah lagi terdengar berlaku atau serta-merta terwujud kepada anak yang disumpah. Kecuali orang tua itu masih mampu menjaga kewajiban dan tanggung jawab mendidik dan mebesarkan anaknya secara Islami maka kekuatan sumpah itu mampu meciptakan kekuatan dahsyat yang mengetarkan. Sekurang-kurangnya perkara ini masih berlaku bagi orang-orang yang meyakini kekuatan sebuah doa yang mustajab! Karena sumpah adalah sebuah permohonan dalam bentuk amarah, sama ada amarah baik atau buruk.

Hari ini orang tua banyak melalaikankan tanggung jawab dan kewajiban sebagai orang tua. Mereka tidak mendidik anaknya sesuai tuntunan agama, sebaliknya mereka medidik anaknya dengan budaya jahiliyah moderen. Mereka memberi makan anak-anak mereka dengan makanan haram dan mereka sendiripun berprilaku seperti orang-orang jahiliyah. Mereka merasa benar dalam kepintaran akalnya mengutak-atik kaidah agama. Dengan pendidikan duniawi yang tinggi, mereka selalu mampu mengakali syariah dan sunnah dengan pembenaran-pembenaran akal. Sesungguhnya akal mereka telah jumud kepada ilmu dunia yang mereka peroleh dengan harga yang mahal. Mereka bahkan tidak pernah mengamalkan sedikitpun ajaran agama yang lurus, walaupun sekedar shalat lima waktu. Bagaimana mungkin sumpah mereka didengar...

Anak-anak mereka dipaksa mendapatkan pendidikan moderen dengan jam belajar yang tiada putus dari pagi sehinggalah petang. Segala macam pelajaran tambahan atau extra mereka carikan, kursus-kursus mahal sanggup mereka bayar agar anak-anak mereka pintar dan mendapat prestasi disekolah dan mereka bangga dengan prestasi anak-anak mereka. Sesungguhnya kebanggaan itu hanya untuk mereka dan keinginan itu adalah keinginan mereka semata bukan untuk anak-anak mereka, tidak pula dari keinginan azali anak-anak mereka. Mereka tidak perduli telah mengambil hak anak-anak mereka untuk bermain dan bergembira sedari kecilnya. Mereka tidak sadar telah menciptakan robot-robot atau manusia-manusia artificial masa depan yang tidak memiliki naluri kemanusiaan, tidak memiliki jiwa yang hidup, dan hati-nya mati. Mereka mungkin akan sadar ketika suatu masa sebelum habis masa produktif, anak-anak mereka berhenti bekerja, tidak lagi produktif, sebagian ada yang berprilaku abnormal. Life time of the engine is expired, earlier!



Neo JAHILIYAH
Jahilayah sekarang pastinya lebih dahsyat dari pada jahiliyah sebelum Islam. Dahulu anak perempuan yang lahir dibunuh dan dikubur hidup-hidup setelah kelahirannya. Zaman kenen, tidak perduli perempuan ataupun laki-laki, sebelum si anak lahir sudah dibunuh oleh orang tuanya sendiri –mereka sebut aborsi!!
Dahulu berhala yang disembah jelas dan terlihat oleh mata, zaman sekarang berhala sudah berubah wujud menjadi kebun sawit, jabatan dan kedudukan!!
Kalau orang-orang jahiliyah mabuk dengan khamar, masa kini cukup dengan sebiji pil orang sudah bisa tenggen!
Budak sahaya di zaman dulu adalah orang-orang yang lemah dan tidak berpengetahuan, sedangkan di zaman sekarang budak-budak dunia adalah orang-orang kaya dan bersekolah tinggi!
Orang jahiliyah dulu merampok dengan pedang dan kekerasan, jahiliyah sekarang merampok dengan pakaian berdasi, melalui jabatan, produk-produk hukum, peraturan-peraturan, merampok dengan senyuman, bahkan ada yang sanggup menjual agamanya untuk menutupi perbuatan jahat yang ia lakukan. Wallahu'alam!



Baca Selengkapnya......

08 October 2008

Perkara Makruh

Teringat nasehat dari seorang sahabat tentang melakukan perkara yang makruh. Nasehatnya, "Tinggalkanlah yang makruh kalau tidak ibadah kita tidak akan pernah sempurna."

Perkara meninggalkan yang makruh ini bukanlah perkara mudah bagi kebanyakan muslim. Sebab perbuatan atau amalan makruh ini sudah menjadi hal kebiasaan ditengah muslim kebanyakan. Ambil contoh, merokok (kalau kita masih "condong" tidak mengatakan haram). Berapa banyak ummat muslim laki-laki yang melakukan perbuatan merokok ini? Pasti akan sangat banyak dibanding yang tidak merokok. Dan berapa banyak pulak laki-laki muslim yang akan memikul dosa "besar" sekiranya perilaku merokok ini difatwakan haram keatas semua muslim berakal tanpa terkecuali!? masyaAllah, mungkin jumlahnya masih 8 dalam tiap 10 orang... Wallahu'alam!


Dibulan Ramdhan tahun ini, seorang jama'ah mesjid meminta kami untuk mengisi kuliah subuh ataupun mengisi ceramah malam tarawih. Dua hari yang lepas pulak, seorang tua -yang dah macam orang tua sendiri- bertanya heran, "Kenapa tak mau mengisi kuliah subuh selama Ramdhan yang lalu?"

Sejenak kami terdiam. Lalu teringatlah apa nasehat seorang sahabat yang dulu pernah diamanahkan kepada kami. "Tinggalkanlah yang makruh, sebab ia menjadikan ibadah kita tidak sempurna". Lalu apa pulak kaitannya dengan berceramah atau mengisi kuliah subuh?

Selanjutnya kami sahut pertanyaan orang tua kami yang bertanya tadi. Begini, sebab kami ini masih suka melakukan perkara yang makruh. Menurut hemat kami, mengisi ceramah atau kuliah pendek, menjadi imam atau ringkasnya menjadi orang yang dipandang "beragama" yang bagus hendaklah menampakkan akhlak yang bagus pulak. Ia tidak boleh lagi mengerjakan perkara makruh yang banyak dilakukan kebanyakan kaum muslim. Ia juga tidak boleh terlihat masih berleha-leha kita azan sudah dikumandangkan. Ia bahkan tak boleh banyak bergurau -menyia-nyiakan masa tanpa mendatangkan faedah (sesekali dan dalam suatu keadaan mestilah boleh). Dan banyak lagi perkara "sumbang" yang mesti ia jauhkan dari kebiasaan hari-harinya.

Pendek kata, menjadi penceramah atau khatib, atau mengisi pengajian agama, atau menjadi imam adalah bukan perkara ringan. Ia akan menjadi suri tauladan bagi jama'ahnya. Dan ia akan menjadi kebanggaan bagi jama'ahnya dengan akhlak-nya yang bagus. Ia tidak pernah diharapkan menjadi orang "berilmu agama" tapi karena akhlaknya yang kurang bagus, Ia mencoreng wajah agama dan kaum berilmu terdahulu yang pernah mengangkat derjat ummat ini menjadi yang terbaik di masa lalu -terlebih dihadapan musuh-musuh alHaq!

Jadi, kami ini tak sanggup memikul nya. Sebab kami masih lagi melakukan perkara-perkara yang makruh.

Orang tua kami itu menapik pulak. Kalau semua orang berfikir macam ini, lalu siapa yang akan maju ke depan? Bakal tak adalah orang yang nak mengurus ummat ini!, begitu keberatan fikirannya.

Kami melanjutkan, kalaulah semua yang kategori-nya sama macam kami ini bersabar sebelum menjadi pantas untuk maju, insyaAllah 'ulama (baca: orang-orang berilmu agama)yang sebenarnya, insyaAllah akan keluar! Karena ia akan berdosa membiarkan ummat tersesat sementara amanah ilmu adalah menyampaikan ilmunya melalui amal ma'ruf nahi munkar.

Untuk masa ini, 'kan sudah banyak warga kita yang berilmu dan mau tampil memberikan tauziah serta memimpin shalat di mesjid. Siapalah kami yang tak faham ini lagi fakir ilmu nak ikut-ikutan pulak..? Tapi sekedar berbagi dengan orang-orang dekat tidak lah mengapa. Salah siket senang nak minta maaf... :), begitulah kami tutup topik ini dengan orang tua kami tadi. Wallahu'alam!!! (Syawal 8, 1429H)

Baca Selengkapnya......

16 September 2008

Hamba Tertawa

(27 Sya’ban 1424 H., 01:lebih-kurang WIB.) Malam semakin larut ketika Iwan Fals bernyanyi riang di depan corong speaker kecil di samping monitor komputer. Pikiranku jauh menerawang, menembus dinding-dinding waktu, menyibak lembah-lembah ingatan yang mulai kabur ditutupi lumut-lumut kisah yang terus bertambah seiring bertambahnya jejak kaki yang panjang sepanjang mata memandang kabut pagi, hilang ketika tiap kali aku hampiri. Aku merasa semakin bodoh dengan semakin kencangnya suara tawa dari sebuah ruangan yang sangat luas di dalam kerajaan hati. Jelajah fikir terhenti di sini, di tengah-tengah ruang sidang dan dikelilingi para penasehat dan warga kerajaan hati.

Perlahan suara tawa terhenti dan berganti keheningan, sehening galaxi bima sakti yang terselip di antara trilyunan sejawatnya yang tidak pernah mau berkisah atau memperkenalkan diri kepada kutil bima sakti tempat para budak akal berlegar bermegah-megah dengan mainan buatan mereka yang berjudul 'high tech' atau 'info tech'. Kedengarannya lebih mirip suara cecak, tek..tek..tek..! Eh, ngomong-ngomong cecak, kalo teriakin temannya yang jatuh ke lantai kamar, dia akan bilang begini, "Oi..! ngapain kamu di 'atas' sana, hayo turun cepat ke sini!" Dan seekor nyamuk terkekeh-kekeh mendengarnya. Karena takut terdengar oleh si cecak, si nyamuk mencari tempat tersembunyi untuk meledakkan tawanya,"Cecak guoblok!" Makanya telingaku sering diganggu nyamuk ketika sedang tidur.

Tok! Tok! Tok! Bunyi palu diketukkan dan terdengar bak halilintar di siang bolong, memecahkan lamunanku. "Eh, cecak! Eh, nyamuk!" kataku tergagap. Aku cepat sadar kembali, dan duduk manis di kursi pesakitan. Mataku jelalatan memerhatikan tiap sosok gelap yang melingkari aku (harap-harap ada yang aku kenal). Ah, ternyata aku benar-benar orang asing di sini, tiada satupun yang aku kenal.

"Sekarang katakan apa masalahmu. Sidang tidak ingin mendengar masalah-masalah yang sudah-sudah. Cukup satu sidang untuk satu masalah!" Suara itu menggema dari tiap sudut ruangan. Diriku seperti magnet yang menyedot habis semua gelombang suara -tak tersisa. Dan seperti biasa, aku tidak mampu menandai asal suara tersebut. "Mmm..., aku pengin berhenti bekerja dan mencari pekerjaan baru lagi!" sahutku sedikit ragu. "Apa!!! Tidak lagi! Kesempatan yang lalu sudah pernah kita bahas. Yang lain, kalau tidak ada, sidang ditutup!" Ancam suara dari tiap sudut ruang sidang.

"Ok..! Ok..!! aku 'ngerti. Mmm.., aku pengin nikah nih. Tapi masalahnya bikin aku hampir-hampir malas memikirkannya. Yaa.., mungkin seperti masalah bangsa Indonesia lah. Sangat kompleks, terintegrasi, variatif dalam kehomogenannya, semua masalah mengglobal sehingga susah untuk terrekognisikan. Tiap kali aku berhasil mengindentifikasikan dan mengklasifikasikan ke dalam kotak warna-warni, yang kunamai kotak-kotak idialisme, masih tersisa bola-bola warna-warni materialisme yang juga harus 'ku isi. Masalahnya, abivalensi kepentingan isi kotak dan bola tadi membuat distribusi diferensiasi masalahku jadi tumpang-tindih. Konvensi transosial-kultural menghendaki sebuah neraca seimbang, baru bisa dinamakan sebuah 'keadilan' marital. Sebenarnya kotak dan bola tadi cukup ekuivalen (beda-beda dikit lah). Hanya saja, kultur dogmatis menyelipkan kerikil kasat mata (berat pula tuh) di antara kotak-kotak idialisme, menyebabkan neraca tidak seimbang. Keadaan seperti inilah yang menjadikan ekplorasi tambang masalahku jadi tidak berhasil.

Padahal, bola-bola warna warniku belum terisi keseluruhannya, hanya sebagian dan itu sudah cukup untuk mengimbangi kotak-kotak idealisme. Tapi aku terkesan enggan memenuhi bola-bola warna-warni itu. Yaah, mungkin superioritas logika yang menciptakan ide dan materi telah meremehkan keberadaan materi, begitu juga dengan ide. Bagaimana tidak, sedangkan 'logika' saja tidak mampu menciptakan dirinya sendiri, apalagi ciptaannya! Dengan begitu, bagaimana aku bisa menganggap penting kotak-kotak dan bola-bola warna-warni tadi. Toh, mereka 'kan ciptaanku sendiri. Tapi sayang, aku bukan pencipta logika pasanganku dan logika-logika lain yang mau-tak-mau terlibat langsung dengan logika-ku. Inilah sebab timbulnya perbedaan dan aku sangat-sangat respek dengan terus belajar memahami dan menerimanya. Help me dong... wahai majelis sidang yang terhormat. Aku memang susah diajak kompromi, tapi bukan berarti aku tidak kooperatif lho... pokoknya really, really, really... cooperative."

"Baiklah, majelis telah mencatat permasalahanmu. Hanya saja kamu tidak menceritakan keluhanmu secara jelas. Kamu suka berkelit. Sepertinya, kamu tidak ingin kami mengetahui masalahmu. Kamu salah besar kalau begitu! Tapi, gak pa-pa kok, dewan sidang sudah tahu seluruhnya, dan sebenarnya hanya butuh pengakuan dari dirimu saja. Baiklah, dengan ini sidang ditutup dan anggota majelis dibubarkan." Tok..Tok..Tok..! bunyi palu mengiringi kata terakhir dari suara majelis. "Aaah, selalu saja begini. Aku tidak pernah diberikan jawaban langsung atas setiap keluhanku. Majelis pelit!" Gerutuku sambil berdiri dan mulai beranjak pergi. Tiba-tiba suara gemuruh terdengar lantang. Berasal dari speaker kecil tadi. Wuaaaah..!! Yeeeeeeeeee..!! Jreng..jreng..dum..dumm!! Ternyata Edan ee.. sedang nyanyi menggantikan bang Iwan yang sudah kecapean nyanyi sejak tengah malam tadi. Ternyata dari tadi aku tidak bisa menikmati musik yang sengaja 'ku stel pelan, nyaris tak terdengar. Sudahlah, itu hanya sebuah musik yang tidak ubahnya seperti deretan baju-baju di lemariku (jumlahnya bisa dihitung dengan jari). Terkadang aku harus mengenakannya sesuai kebutuhan dan jelas baju-baju itu kalah dominan dengan seperangkat pakaian lain yang rutin aku kenakan.

Begitulah musik-musik mendapati dirinya di sebuah ruang kecil dalam lemari hidupku dan bagaimanapun juga tiap-tiap hal menempati ruang-ruang yang memang telah tersedia untuknya. Sesuatu yang kenyataanya telah ada, tidak bisa dinafikan keberadaannya. Justru ketika kita berusaha keras menafikannya, ia akan semakin mengukuhkan keberadaannya dengan berposisi sebagai sesuatu yang sangat dilarang atau sangat dibenci. Cara yang paling efektif mengatasinya menurutku, dengan menempatkannya di tempat yang semestinya -bisa jadi tempatnya di tong sampah yang terkunci rapat di sebuah ruang masa lalu. Bakteri aja ada yang bisa mendatangkan kesehatan. Alkohol pada suatu keadaan boleh diminum. Jadi, kalo bisa mendatangkan faedah, kenapa tidak? Kenapa harus susah payah dibuang? Atau, kenapa tidak fokus saja menciptakan -mengaplikasikan kebenaran baru yang diperoleh sehingga lambat laun dan tanpa disadari bisa menggantikan ‘kesalahan’ yang akan atau telah usang itu, bukan sebaliknya, menghabiskan energi semata-mata terfokus ke pada 'pemusnahan' masalah (masa lahlu...)! Dan sayup terdengar, Ebiet G Ade bersenandung... Aku Ingin Pulang.

Aku merasa letih dan ingin sendiri. Kutanya pada siapa tak ada yang menjawab. Sebab semua peristiwa ada dirongga dada. Pergulatan yang panjang dalam kesunyian. Aku mencari jawaban di hati... Kemanapun 'tlahku pergi, slalu 'ku bawa-bawa perasaan yang bersalah, datang menghantuiku. Masih mungkinkah pintuMu kubuka, dengan kunci yang pernahku patahkan. Lihatlah aku terkapar dan luka. Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwa, aku ingin pulang. Aku harus pulang. Begitu bunyi potongan syair lagu Ebiet G Ade.

Merenung, menyadari kesalahan, dan tidak mempersulit diri adalah langkah penting untuk memulai sebuah pemecahan masalah. Allah tersenyum ketika kita takut akan murkanya dan berharap akan ampunannya. Manusia itu selalu melanggar janji. Ketika Allah bukakan satu pintu maaf, kita ulangi lagi sebuah kesalahan dan kita minta maaf kembali. Atau kita meminta terus tambahan rezki, nikmat dan rahmat Allah, tetap saja Allah bukakan lagi pintu rahmatNya. Begitu seterusnya sampai manusia itu bosan meminta kepada Allah. Sedangkan Allah Mahaluas karuniaNya. Sedangkan manusia itu diciptakan tidak pernah puas dan akan terus memohon ampun dan terus meminta tambahan nikmat dari Tuhannya. Manusia itu seperti anak kecil yang lugu dan tidak tahu malu meminta berkali-kali kepada ibunya. Sementara sang ibu, walaupun kesal, tetap saja senang sampai ia tak mampu lagi mengabulkan permintaan anaknya. Tapi Allah lebih sayang kepada hambanya dari pada sayang ibu kepada anaknya. Seorang ibu saja bisa tersenyum melihat tingkah anaknya, apalagi aku yang geleng kepala melihat hamba tertawa dan mengolok-olok diri sendiri. Dan Allah Mahakaya lagi Mahaluas kasih sayangNya. Maka jangan pernah bosan meminta kepadaNya...

Baca Selengkapnya......

Email-kan saya update posting dari Ayyad

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner