السلام عليكم و رحمة اللة وبركاتة

Cari di Ayyadelfath

Posting Terbaru

26 September 2008

Pemimpin yang dirindukan

“Aku telah dipilih sebagai seorang pemimpin atas kalian, meski aku bukan yang terbaik di antara kalian. Aku bersumpah demi Allah, yang hidupku berada di tanganNya, bahwa aku tidak pernah menginginkannya (jabatan –Khalifah) dan aku tidak pernah berdo’a untuk mendapatkannya... Ta’atilah aku selama aku menta’ati Allah dan Rasul-Nya!” Begitulah petikan pidato pertama Abu Bakar r.a. setelah menjadi khalifah pertama.Sebelum Abu Bakar r.a. wafat, beliau berwasiat kepada Aisyah r.a. putrinya, “Jangan gunakan kain yang baru untuk (jenazah)ku. Cucilah kain yang aku gunakan dan bungkus jasadku dengannya.” Wasiat lainnya ialah membayar kembali semua uang yang diterimanya sebagai gaji khalifah dari baitul mal dengan penjualan kebun miliknya. Sesungguhnya Abu Bakar r.a. tidak pernah menginginkan mengambil sesuatu dari baitul mal melainkan Umar r.a. memaksanya untuk menerima beberapa upah atas penggantian pekerjaan dan waktu yang sepenuhnya diabdikan untuk tugas-tugas kekhalifahan (negara).

Mencontoh sosok seorang negarawan besar, Umar r.a., kita diingatkan bagaimana menjaga amanah ummat dengan tidak menmanfaatkan fasilitas negara (baitul mal) walau hanya setitik minyak untuk menyalakan pelita –sejauh itu bukan untuk urusan negara. Menyantuni fakir miskin dan orang-orang cacat, tanpa menghiraukan kepercayaan dan keimanan mereka. Berdiam sejenak di mesjid setelah shalat berjama’ah sekedar untuk mendengarkan keluhan-keluhan rakyatnya. Ridha hidup sederhana -semata-mata mencontoh kehidupan Rassulullah s.a.w.- dengan harapan rakyatnya tidak segan dan takut untuk datang ke rumahnya dan mengadukan nasib atau permasalahan mereka.

Suatu waktu, di tengah malam Umar r.a. pernah menolak bantuan dari pembantunya dan memikul sendiri untuk mengantarkan gandum (dan keperluan lainya) ke rumah seorang perempuan dengan anak-anaknya yang menangis karena lapar. Belia berkata, “Engkau tidak dapat membantu Umar pada hari Pengadilan (kelak). Dirinya sendiri yang akan bertanggung jawab untuk itu.”

Tak kurang, Umar r.a. juga meminta istrinya untuk menjadi seorang bidan (melahirkan) tanpa meminta seikitpun upah atas jasanya.

Seorang syuhada agung yang mampu menggetarkan bukit uhud, Usman r.a., mengajarkan arti pengorbanan demi kemaslahatan rakyat-nya (ummat Islam), pernah berkata, “Aku tidak ingin menumpahkan darah orang Muslim untuk menyelamatkan leherku sendiri,” Sebuah peristiwa besar dan tidak tertandingi dalam sejarah Islam. Hudzhaifa r.a. menyatakan tentang ramalan Rasulullah s.a.w. bahwa pembunuhan Usman r.a. telah memecah belah umat Islam sampai hari kebangkitan, mereka tidak akan pernah bisa disatukan lagi.” Setelah peristiwa tragis itu, puluhan ribu umat Islam saling bunuh dan hingga hari ini kita masih melihat sebagian muslim mengorbankan saudara muslim lainnya demi kepentingan sesaat (dunia).

Manakala Ali k.w. pernah bersifat tegas kepada bawahannya yang menjabat gubernur suatu wilayah Islam. Beliau mengatakan dalam suratnya, “Aku mengetahui engkau menjalani suatu kehidupan mewah. Mejamu dilengkapi dengan macam-macam makanan yang berbeda dimana orang kebanyakan tidak dapat memperolehnya. Engkau berkelakuan secara tidak Islami ketika sendirian, tetapi menyampaikan khutbah seperti orang yang sangat shaleh (shiddiqin) di atas mimbar. Jika tuduhan ini benar, maka ingatlah bahwa engkau dalam kerugian dan aku akan menghukummu!”

Adakah pada masa ini kita dapati seorang pemimpin yang seumpama sahabat-sahabat Rasulullah yang agung tersebut? Tak usahlah yang rela mengorbankan lehernya untuk kepentingan ummat, cukup hidup sederhana –kalau tidak sanggup hidup prihatin seperti kebanyakan rakyat yang ia pimpin. Turun ke akar rumput dan duduk sejajar dengan rakyat jelata tanpa merasa risih sedikitpun dihatinya atas nama hak dan kewajiban.

Akankah kita masih sempat menyaksikan seorang pemimpin yang datang sendiri (tanpa protokuler) kepada rakyatnya, dengan semangat amanah dan persaudaraan yang ikhlas dan lantas sekedar berbagi sedikit rezki kepada rakyatnya yang jelata atau sekedar bersenda gurau berbagi cerita lalu mereka hanyut dalam kebahagiaan sebuah ikatan persaudaraan yang indah dalam bingkai sesama hamba Allah Ta’ala..?

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا*وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
Maksudnya: Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Q.S. alA’laa 16-17)

Demikian sedikit gurisan yang kami kutip sebagai bingkisan untuk pemimpin kami terpilih nanti. Kami mengucapkan selamat buat Gubernur Riau terpilih (insyaAllah, 9 October 2008). Semoga Allah menolong kita semua dengan ampunan dan kasih sayangNya.

Ya Allah, janganlah Engkau jauhkan pertolonganMu dari negeri kami karena dosa-dosa kami. Ampunilah kami dan berilah petunjuk kepada pemimpin-pemimpin kami. Amin yaa Allah, yaa Rabbal ‘alamiin. (25 Ramdhan 1429H)



0 comments:

Post a Comment

Email-kan saya update posting dari Ayyad

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner