Berhala
Apa yang kalian sembah sepeninggalan ku nanti wahai anak-anak-ku? Lukman alhakim a.s.
Secara umum dan sadar hampir semua kita akan menjawab akan menyembah Allah Ta’ala! Kesadaran ini semata timbul karena kita bershalat, berpuasa, berzakat dan menjauhi segala yang dilarang oleh sang pencipta –Allah Subhanahu wa Ta’ala! Secara khusus dan tanpa sadar, pernahkah kita berusaha berfikir dan memahami kesungguhan dan kebenaran jawaban kita tentang siapakah sesungguhnya yang kita sembah?
Perhatikan hari-hari yang kita lewatkan sejauh ini, adakah bukti peng-hamba-an kepadaNya telah kita tunaikan? Sejatinya shalat, ibadah, hidup dan mati semata karena Allah. Bukankah ini berarti apa jua amal perbuatan kita hendaknya diniatkan, difikirkan, dan diamalkan hanya karena Allah dan semata meng-hamba kepada-Nya.
Lalu apa artinya kesibukan kita dengan pekerjaan, sama ada pekerja profesioanal, buruh atau menjalankan perniagaan? Tidak jarang kita begitu asyik disibukkan oleh pekerjaan sehingga waktu dan fikiran tercurah hanya untuk pekerjaan. Tak usahkan untuk shalat tepat waktu, untuk keluargapun tak jarang tiada waktu tersisa untuk bersama anak dan istri. Yang lebih menyedihkan lagi kesibukan itu semata disebabkan keinginan mendapatkan kelebihan materi dan kedudukan... Bukankah ini berhala dalam diri kita yang tersembunyi dalam wujud mengejar materi dan kedudukan semata?
Lihatlah sebagian dari manusia ada yang berlaku lebih parah lagi. Bahkan lebih rendah dari sifat haiwan. Ada haiwan yang memakan segala tanpa batas dan pilihan –semisal al-khinzir! Sementara pada sebagian manusia tidak menyadari telah meniru kebiasaan buruk haiwan ini dalam perilakunya mengambil atau memakan harta yang bukan miliknya, atau mencuri, atau korupsi atau menipu, atau sekedar berlebih-lebih dalam mengejar dan menumpuk-numpuk harta. Mereka seolah tiada pernah merasa cukup dan tidak berpantang sedikitpun dalam hal boleh atau tidak, pantas atau tidak, terhormat atau hina. Nyatanya mereka adalah orang-orang yang kikir, tidak pernak cukup dan lagi tidak memiliki rasa malu. Sesungguhnya apa yang mereka kejar dan kumpulkan tak lebih dari berhala yang terwujud dalam pandangan dan gaya hidup mereka.
Dahulu kala, kata sumpah merupakan kata sakral dan tidak sembarangan bisa disebutkan...
Karena akibat serta beban dari sumpah sangat berat dan berakibat fatal. Literatur dan situs budaya kita telah banyak bercerita dan membuktikan perihal sumpah ini. Sekali terucap ia tidak bisa dicabut lagi, ia harus ditunaikan, ia akan seketika menjadi nyata. Tetapi hari ini kata sumpah bukan lagi kata yang menakutkan untuk diucap. Akibat dari sumpah itupun telah luntur alias tidak lagi banyak berimplikasi langsung di dalam kehidupan kita.
Hari ini kata sumpah bahkan sudah menjadi olok-olok. Kata sumpah sudah menjadi bahasa pasar yang tidak lagi berat untuk diucapkan. Bahkan orang tua yang menyumpahi anaknya yang durhaka sekalipun hampir tak pernah lagi terdengar berlaku atau serta-merta terwujud kepada anak yang disumpah. Kecuali orang tua itu masih mampu menjaga kewajiban dan tanggung jawab mendidik dan mebesarkan anaknya secara Islami maka kekuatan sumpah itu mampu meciptakan kekuatan dahsyat yang mengetarkan. Sekurang-kurangnya perkara ini masih berlaku bagi orang-orang yang meyakini kekuatan sebuah doa yang mustajab! Karena sumpah adalah sebuah permohonan dalam bentuk amarah, sama ada amarah baik atau buruk.
Hari ini orang tua banyak melalaikankan tanggung jawab dan kewajiban sebagai orang tua. Mereka tidak mendidik anaknya sesuai tuntunan agama, sebaliknya mereka medidik anaknya dengan budaya jahiliyah moderen. Mereka memberi makan anak-anak mereka dengan makanan haram dan mereka sendiripun berprilaku seperti orang-orang jahiliyah. Mereka merasa benar dalam kepintaran akalnya mengutak-atik kaidah agama. Dengan pendidikan duniawi yang tinggi, mereka selalu mampu mengakali syariah dan sunnah dengan pembenaran-pembenaran akal. Sesungguhnya akal mereka telah jumud kepada ilmu dunia yang mereka peroleh dengan harga yang mahal. Mereka bahkan tidak pernah mengamalkan sedikitpun ajaran agama yang lurus, walaupun sekedar shalat lima waktu. Bagaimana mungkin sumpah mereka didengar...
Anak-anak mereka dipaksa mendapatkan pendidikan moderen dengan jam belajar yang tiada putus dari pagi sehinggalah petang. Segala macam pelajaran tambahan atau extra mereka carikan, kursus-kursus mahal sanggup mereka bayar agar anak-anak mereka pintar dan mendapat prestasi disekolah dan mereka bangga dengan prestasi anak-anak mereka. Sesungguhnya kebanggaan itu hanya untuk mereka dan keinginan itu adalah keinginan mereka semata bukan untuk anak-anak mereka, tidak pula dari keinginan azali anak-anak mereka. Mereka tidak perduli telah mengambil hak anak-anak mereka untuk bermain dan bergembira sedari kecilnya. Mereka tidak sadar telah menciptakan robot-robot atau manusia-manusia artificial masa depan yang tidak memiliki naluri kemanusiaan, tidak memiliki jiwa yang hidup, dan hati-nya mati. Mereka mungkin akan sadar ketika suatu masa sebelum habis masa produktif, anak-anak mereka berhenti bekerja, tidak lagi produktif, sebagian ada yang berprilaku abnormal. Life time of the engine is expired, earlier!
Neo JAHILIYAH
Jahilayah sekarang pastinya lebih dahsyat dari pada jahiliyah sebelum Islam. Dahulu anak perempuan yang lahir dibunuh dan dikubur hidup-hidup setelah kelahirannya. Zaman kenen, tidak perduli perempuan ataupun laki-laki, sebelum si anak lahir sudah dibunuh oleh orang tuanya sendiri –mereka sebut aborsi!!
Dahulu berhala yang disembah jelas dan terlihat oleh mata, zaman sekarang berhala sudah berubah wujud menjadi kebun sawit, jabatan dan kedudukan!!
Kalau orang-orang jahiliyah mabuk dengan khamar, masa kini cukup dengan sebiji pil orang sudah bisa tenggen!
Budak sahaya di zaman dulu adalah orang-orang yang lemah dan tidak berpengetahuan, sedangkan di zaman sekarang budak-budak dunia adalah orang-orang kaya dan bersekolah tinggi!
Orang jahiliyah dulu merampok dengan pedang dan kekerasan, jahiliyah sekarang merampok dengan pakaian berdasi, melalui jabatan, produk-produk hukum, peraturan-peraturan, merampok dengan senyuman, bahkan ada yang sanggup menjual agamanya untuk menutupi perbuatan jahat yang ia lakukan. Wallahu'alam!
0 comments:
Post a Comment