السلام عليكم و رحمة اللة وبركاتة

Cari di Ayyadelfath

Posting Terbaru

23 October 2011

Heran...

Sungguh, kami semakin heran melihat manusia-manusia yang begitu mudah sekali heran dengan dirinya sendiri. Kalau tidak boleh dibilang sombong, riya, ujub atau sekedar nak menunjuk bukti –setelah itu keranjingan atau menjadi kebiasaan tidak baik, bolehlah kami sebut
mereka itu orang-orang yang lupa daratan? alias terlalu ringan bin tidak berbobot… Bagaimana mungkin mereka memiliki bobot, sedangkan hakikatnya –sadar atau tidak- mereka tidak berpijak di bumi…:) sungguh benar petuah orang tua kita dahulu, “jangan sekali-kali engkau lupa daratan!”



Mungkin sekali mereka terlupa (khilaf*) bahwa sombong itu ialah menyembunyikan kebenaran. Bahkan mereka bukan hanya menyembunyikan kebenaran, lebih dari itu mereka merampok tanpa sedikitpun menyadarinya –kalau tidak boleh kami menyebutnya dengan tanpa sedikitpun rasa malu, mereka mengambil hak Allah. Bahwa kabair –sombong- adalah selendang Allah Ta’ala. Salah satu kebenaran itu ialah…apa jua yang dibanggakan itu berasal dari Allah dan semata milik Allah, bukan milik kamu -makhluk!

Apa yang nak engkau banggakan!? Ingatlahlah sahabatku, pada taraf tertentu, sombong itu susah dikesan…sesekali ia berkelebat –bukan dihati tapi di akal yang terasuki bisikan halus sang maestro iri dan dengki –siBliz. Sesungguhnya yang berkelebat itu adalah ujub –cikal bakal sombong yang telanjang. Sekiranya ujub itu berbisik pada dirimu sendiri, sementara sombong yang telanjang itu mengatakan kepada orang lain bahwa kalau bukan karena ‘aku’ atau pujilah aku. Bahkan bahasa tubuhmu terkadang cukup untuk ‘membahasakannya,’ sekalipun engkau tidak mengutarakannya atau engkau tidak mengakuinya.

Cobalah hening sejenak saudaraku, pejamkan mata dengan lembut, tarik nafas dengan pelan lembut dan panjang dan biarkan fikiranmu menggambar sebuah lukisan…tentang dirimu, dan…. Bayangkan ketika kamu dengan jabatan yang ‘ehem’ seketika turun dari mobil yang ‘aduhai’ dengan baju kebesaran berjalan ‘pantas’ dihadapan orang-orang yang kamu sebut bawahan atau rakyat kebanyakan. Dalam senyum lebar, nikmatilah gambaran ‘kebesaran’ itu…kamu mendengar pura-puri pujian dari penonton yang semuanya bergunjing tentang apa yang kamu kehendaki mereka gunjingkan…kebesaran (prestasi, jabatan, kekayaan, anak dan istri, ringkasnya segala perhiasan dunia ini ada di genggaman tangganmu), keren coy! Perhatikan langkah kaki-mu…. Daku khawatir kamu tersandung…dan jatuh. Ya, itu saja dan bandingkan dengan derap langkahmu ketika kebelet mau ke WC…adakah sama…? pasti beda, derap langkah yang ke dua daku jamin sangat-sangat natural –daku menyebutnya salah-satu bentuk kejujuran yang telanjang. So, jangan heran dengan dirimu sendiri, sob!

Pelalawan,
Zulqaidah 26, 1432H



_______________
(*)"...Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 33 : 5)

0 comments:

Post a Comment

Email-kan saya update posting dari Ayyad

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner