“Tidak ada yang perlu diganti, karena tidak ada yang hilang. Maut bukan berarti terputusnya hubungan, bukan sebuah kehilangan, bukan pulak perpisahan selamanya yang tidak akan ada pertemuan setelah kematian itu.” Begitu jawabku untuk yang kesekian kalinya, ketika bertemu sahabat atau kerabat –dan- mereka bertanya, sudah melahirkah istri? Atau sekedar turut berduka dengan pulangnya kerahmat Ilahi putra kami –biasanya dengan ucapan penutup, mereka berdo’a semoga atau nanti Allah pasti mengganti dengan yang lebih baik. Bukankah Rasulullah saw. pernah berwasiat, bahwa engkau akan besama orang yang engkau kasihi/cintai di akhirat nanti. Penyair bilang bahwa tanda kasih/cinta adalah sering menyebut-nyebut –nama- nya. Maka perbanyaklah bershalawat kepada Nabi saw. mudah-mudahan dengan kemurahan Allah Ta’ala, akan tumbuh rasa cinta kepada Rasulullah saw. di hati kita. Amin ya Allah.
Alhamdulillah, menyambut Ramdhan 1432H kemarin, Allah berkenan menambah seorang lagi putri yang cantik kepada kami. Dan Alhamdulillah, Allah berkenan memudahkan kami berkumpul menyambut dan merayakan Idul Fitri tahun ini bersama-sama, walau tidak puas rasa di hati hitungan satu minggu bersama keluarga. But it’s only a matter of times…that’s fine. Thank you Allah.
Ya, Ami(*) percaya bahwa kematian hanya bagian dari proses menuju kehidupan yang sempurna dan kekal. Kematian semakin mempertegas proses kejadian, bahwa sebelumnya kita tidak ada di alam dunia, lalu menjadi ada dengan dilahirkan hidup, setelah itu kita tidak ada dengan dimatikan, dan terakhir menjadi ada kembali hidup dengan dibangkitkan dari perut bumi (alam kubur) untuk pengadilan akhir. Kematian adalah keniscayaan di dunia ini sebagai bukti Mahaadil dan Mahakasih Mahasayang Allah Ta’ala. Menuju bukti bahwa pengadilan Allah itu ada.
Kematian menjadi gerbang menuju alam yang lebih sempurna dari alam kita –dunia adalah ladang ujian dan sementara. Dalam bahasa Quran alKarim, kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau belaka. Pada lafaz yang lain disebutkan juga, dunia ini perhiasan yang menipu atau melalaikan- Kalau tidak ada kematian, bagaimana mungkin keyakinan kita akan hari Akhir –sebagai salah satu rukun iman- bisa mendapatkan nilai?! Sederhananya, bahwa kematian merupakan salah satu alat ukur (ujian) bagi yang ditinggal untuk mendapatkan nilai dipandangan Allah Ta’ala. Agar semakin jelas siapakah yang lebih baik amal perbuatanya. Mudah-mudahan kita selalu berada dalam kebenaran.
Bagaimana mungkin sekiranya masih ada manusia berakal budi yang mengingkari kehidupan setelah mati, sementara sebelumnya dia hanya sebentuk air yang hina yang bercampur! Tidak kah dia berfikir kejadian dari tidak ada (tidak berbentuknya) dia lantas menjadi manusia, terlahir dari rahim ibunya? dan siapa dia –manusia inkar sekiranya Penciptanya akan menghidupkan dia kembali untuk sebuah pertanggung jawaban, adakah dia –manusia inkar itu kuasa menolak untuk dihidupkan kembali? Maka tunggulah pertemuan setelah kematian itu!
Jadi, tiada yang hilang saudaraku, sehingga tidak perlu ada yang diganti. Indikasi kehidupan setelah mati ini dipertegas oleh khabar Quran alKarim, “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (2:154)” Alam dunia ini tidak memungkinkan –kalau tidak boleh saya berpendapat dan mengatakan tidak pantas untuk kita mengetahui apalagi memasuki alam setelah mati. Karena alam setelah mati lebih tinggi tingkatannya dari dunia fana ini. Kecuali kita telah melewati gerbang kematian maka barulah kita mampu mengetahui keadaan sebenarnya. “Maka bersabarlah untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau ikuti orang-orang yang berdosa dan orang-orang kafir di antara mereka. (76:24)”
Sungguh tiadalah Allah ciptakan setiap kejadian dan peristiwa dengan sia-sia melaikan ada ilmu dan hikmah darinya. Mudah-mudahan kemurahan Allah Ta’ala berkenan memudahkan kita mengambil pelajaran dari setiap peristiwa dalam hidup ini. Bukankah langit, bumi dan apapun yang ada diantara keduanya, dengan segala peristiwa di alam dunia fana ini adalah manifestasi keberadaan Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya. Semoga kita menjadi orang-orang yang bisa mengambil pelajaran dan tergolong orang-orang yang beruntung. (antara Maut dan Lahir #1)
13 Syawal 1432
________
(*)Note: Ami (bahasa ade Ayyad menyebut dirinya, yang sebenarnya beliau katakan Kami. Karena ade Ayyad blm genap 3 thn. Jadinya tedengar Ami…:)).
Cari di Ayyadelfath
Posting Terbaru
12 September 2011
antara Maut dan Lahir (#2)
Labels:
Celoteh Fikir 'ku
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment