Niat berkenalan untuk menikah = Ta’aruf?
Ada kaedah Fiqh menyebutkan, ‘asal segala sesuatu itu suci’. Sefaham saya, yang menyebabkan suatu perkara menjadi mubah, makruh bahkan haram adalah manusia itu sendiri. yang paling mendasari tiap prilaku-perbuatan manusia itu kan hatinya. Jadi sah saja kalau kita katakan, semuanya kembali kepada hati atau niat si pelaku.
Dari Umar bin Khattab r.a., beliau berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya perbuatan itu dimulai dengan niat, dan setiap sesuatu itu tergantung pada apa yang ia niatkan, barang siapa hijrah karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada keduanya, dan siapa yang hijrah karena dunia atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu kepada apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ta’aruf dunia maya = Khalwat era digital?
Katakanlah niat ikhtiar mencari jodoh. Saya fikir tidak ada larangan bagi seorang muslim berkenalan melalui dunia maya, asal niatnya jelas dan tentu harus mendatangkan manfaat, tidak boleh sebaliknya -mendatangkan mudharat. Apalagi niat ikhtiar mencari jodoh itu adalah niat yang baik. Hanya saja kita perlu mencermati lebih teliti lagi soal niat ini sebelum melangkah lebih jauh dalam berkenalan secara virtual –dunia maya. Hal ini sangat penting demi kemaslahatan diri dan juga orang lain.
Waspadalah!
Mari kita uji kembali kesungguhan niat kita. Benarkah kita ingin menikah dan benar telah siap untuk menikah, sehingga kita merasa perlu mencari pasangan hidup -jodoh? Salah satu ikhtiarnya, kita memilih interaksi dunia maya.
Sudah mantapkah keinginan itu…
Kita bisa tanyakan kembali diri kita atau alangkah baiknya jika kita libatkan orang lain yang memahami kita atau orang yang mengerti betul dengan kelebihan-kekurangan kita. Dalam hal ini, orang tua berada di urutan teratas. Bagaimana dengan pendidikan? Bagaimana dengan kesiapan jasmani rohani? Bagaimana dengan keadaan keluarga? Atau mungkin ada perkara khusus yang hanya kita mengetahuinya dan dikhawatirkan bisa menghambat kesiapan kita menuju ke pernikahan?
Setelah kita yakin akan niat ingin menikah, kita bisa teruskan ikhtiar kita mencari jodoh dengan jalan yang kita inginkan. Sebuah visi-misi pribadi yang sukses dicapai selalu dibangun dari sebuah pengetahuan yang mendalam terhadap diri kita sendiri. Plus-minus diri ini telah dikaji dan menghasilkan sebuah keputusan.
Selanjutnya kita akan memasuki sebuah proses interaksi yang melibatkan pihak lain. Bagaimana sebaiknya? Sebelum kamu saling mengenal lebih jauh cobalah jujur dengan diri sendiri. ada hal sensitif yang manusiawi bagi sebagian pencari jodoh yaitu perkara fisik. Sekiranya kamu tergolong yang mengedapankan faktor ini, maka janganlah terburu-buru mengutarakan niat ingin menikah.
Terlepas niat ingin menikah atau sekedar persahabatan, cobalah cari tahu terlebih dahulu fikir-an, akhlak, cita-cita dan keluarga dari orang yang ingin kita pilih sebelum kita memutuskan menjalin hubungan lebih serius. Beberapa informasi bisa saja menjadi sangat sensitif dan penting bagi sebagian orang. Di dunia maya, photo diri adalah salah satunya yang menjadi bagian penting dalam perkenalan. Apakah photo kita tergolong informasi penting?
Hanya satu timbangan dan cukup satu timbangan!
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka dan Allah Mahamengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita-wanita beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasaannya, kecuali yang terlihat daripadanya. Dan hendaklah mereka mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak memiliki keinginan atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Quran, anNur: 30-31).”
Dalam Quran, anNur, ayat 30-31, telah jelas masalah utama yang paling dikhawatirkan terhadap keselamatan (kesucian) kita –syahwat! Syahwat sangat mudah terpanggil oleh pandangan dan kaitan yang paling dekat dengan syahwat adalah farj (kemaluan).
Ingatlah! Allah telah tetapkan sebuah ukuran untuk seseorang yang mengatakan dirinya beriman.
Dan seruan menahan pandangan kepada laki-laki dan wanita beriman adalah bahasa lain dari, “Jika kamu tidak mampu menahan pandanganmu maka kamu belum mampu menjadi laki-laki dan wanita beriman”. Tidak perlu kita lanjutkan dengan seruan dari kalimat berikutnya (pada ayat tersebut) yakni menjaga farj.
Sekiranya engkau seorang wanita nan cantik jelita atau pria tampan gagah lagi rupawan, yakinkah dirimu bahwa photo yang diberikan kepadanya tidak akan mempengaruhi keimanannya? Bisa saja dia tidak hanya memandangi tapi bahkan menatap tajam photomu berjam-jam lamanya. Dan hal ini akan menyia-nyiakan banyak waktu yang seharusnya bisa untuk hal-hal bermanfaat. Atau lebih parah lagi, adakah garansi dia tidak membayangkan hal-hal yang tidak senonoh dengan memandangi photo pemberianmu itu? Semua hal ini ini adalah mungkin dan besar kemungkinan terjadi karena mata adalah satu dari dua gerbang di hati yang menjadi pintu atau awal segala maksiat.
Kesimpulan
1. Sekiranya ta’aruf itu boleh maka mantapkan keinginan atau niat ingin menikah dengan terlebih dahulu menguji kesiapan diri dan mintalah nasehat Ibu-Bapa.
2. Sekiranya merasa perlu berkenalan di dunia maya (dunia nyata sekalipun), maka ingatlah mata dan telinga menjadi titik lemah manusia dalam melewati ujian –hasutan nafsu jahat.
3. Ingatlah bahwa menjaga pandangan dan tidak memperturutkan hawa nafsu adalah pertahan pertama. Jika jebol, bahaya kedua akan mengancam dan lebih menjerumuskan, yakni terjerumus ke dalam zina! Pertahan pertama hancur berarti tidak salah kalau dikatakan perbuatan mendekati zina sudah sukses dilaksanakan! Na’uzubillah!
4. Sekiranya ta’aruf bukanlah perkenalan menuju pernikahan, maka setiap perbuatan semisalnya yang mendatangkan manfaat dan mendekatkan diri kepadaNya adalah perkara benar dan mendapat ridha dari Allah Ta’ala. (Tamat)
0 comments:
Post a Comment